Thursday, May 22, 2014

Arief Hadiwibawa, Berkarya melalui Musik

Pernahkah kita merasakan kesan 'gue banget' saat mendengar musik? Tentunya setiap orang yang senang mendengar musik pernah merasakan pengalaman seperti itu. Hal tersebut berlaku juga bagi Arief Hadiwibawa, salah satu kontributor dalam buku perdana Geng Nulis Sapulidi, Kisah Bocah.
Menurutnya, "Hidup ya musik. Musik sangat mempengaruhi hidup, dengan disadari atau tidak. Pernah kan, ngerasa ngedengerin musik atau lagu, terus bilang kalau musik itu 'gue banget'. Bahkan, detak jantung pun adalah sebuah musik."

Pria kelahiran Bandung tahun 1986 ini memang telah menggemari musik sejak duduk di bangku SMP. Sejak itu, Arief mulai berlatih bermusik dan kerap mengisi acara, baik di lingkungan sekolah, kampus, bahkan di kantornya sekarang. Selain itu, pria yang punya nama panggilan Nuno ini pun telah menulis dan mengaransemen beberapa lagu, walau belum dipublikasikan.

"Gitar, drum, piano," jawabnya saat ditanya tentang alat musik yang paling digemari. Ternyata, kemampuan bermain musik pria yang kini bekerja dan tinggal di Jakarta ini memang tidak diragukan lagi.

 Sejak 2012, alumnus Universitas Padjadjaran ini mulai sedikit berkecimpung di dunia sastra. Selain ikut serta dalam proyek penulisan buku dengan Geng Nulis Sapulidi, dia juga mengaransemen musikalisasi puisi.
Karya perdananya adalah musikalisasi puisi Reminiscence karya Muhammad AS Hikam yang ditampilkan dalam peluncuran buku "Gusdurku, Gusdur Anda, Gusdur Kita" di Gramedia Matraman, Jakarta.
Pengalaman tersebut merupakan hal baru baginya. Menurutnya, dia merasa tertantang untuk menyajikan aransemen (musik) yang cocok dengan makna yang terkandung dalam sebuah puisi. Acara yang dihadiri langsung oleh penulisnya, yaitu Muhammad AS Hikam, mantan Menteri Riset dan Teknologi Kabinet Persatuan Nasional, berjalan dengan lancar dan berkesan beda karena penampilan musikalisasi puisi Arief yang berdampingan dengan partnernya, Sigit Rais, founder Geng Nulis Sapulidi.


Pada Februari 2014, pengalaman bermusik dan bersastra Arief bertambah. Dia dan rekannya, Sigit Rais, menjadi salah satu pengisi acara dalam pagelaran "Solo dalam Puisi" (22 Februari 2014), yang diselenggarakan di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah, Solo.
Acara yang diprakarsai oleh Komunitas Sastra Pawon tersebut merupakan bagian dari perhelatan sastra bertajuk "Festival Sastra Solo 2014".
Pada kesempatan tersebut, Arief dan Sigit Rais mengaransemen puisi berjudul "Gladak Langen Bogan" karya Sigit Rais yang diantologikan juga dalam buku "Solo dalam Puisi".
Penampilan mereka pada malam itu memberikan warna tersendiri bagi keseluruhan acara yang berlangsung di tengah kepungan gerimis dan dinginnya Kota Solo di malam hari. Bahkan, penampilan mereka sempat diulas di beberapa media massa, antara lain:

"Sigit Rais yang berkolaborasi dengan rekannya, Arif, dalam puisinya menceritakan tentang kuliner Solo. Penampilan keduanya cukup menarik ketika pada salah satu bait, Sigit mengajak penonton bertepuk tangan dan mendendangkan berulang-ulang: tengkleng… sate buntel…/ teh poci… wedang ronde. "





Pengalaman-pengalaman tersebut merupakan hal baru yang memberikan penyegaran baginya. Selain menjadi salah satu bentuk refreshing dari rutinitas sehari-harinya, kegiatan-kegiatan seperti itu merupakan ajang untuk terus belajar dan melatih kreativitas dalam berkarya.

Saat ditanya tentang kesan-kesannya setelah bergabung dengan Geng Nulis Sapulidi, jejaka Sunda yang menggemari Nirvana ini menjawab ringkas, "asik, nambah teman."
Nah, bagi teman-teman yang ingin share tentang musik dengan Arief, bisa melalui twitter @ariefnuno saja ya.

Okelah kalau begitu, kita tunggu karya-karya Kang Arief selanjutnya. [redaksi]