Monday, September 15, 2014

Bincang Kreatif bareng Pidi Baiq dan Bedah Buku "Kisah Sobat" Karya Geng Nulis Sapulidi

Geng Nulis Sapulidi yang bekerja sama dengan Teman Baik Mind Work baru saja melaksanakan kegiatan kreatif di gudangnya muda-mudi kreatif, Kota Bandung. Kegiatan bincang santai yang dimulai sejak pukul 3 sore itu bertajuk Bincang Kreatif bareng Pidi Baiq dan Bedah Buku Kisah Sobat Karya Geng Nulis Sapulidi.

Sebagai salah satu komunitas literasi yang setia dalam berkarya, Geng Nulis Sapulidi merasa bangga karena bisa menyelenggarakan acara dan berdampingan dengan Pidi Baiq, penulis yang tentunya sudah tidak asing lagi di dunia kreatif.

Acara tersebut dibuka oleh penampilan Sapulidi Band, band kecil bentukan Geng Nulis Sapulidi dengan personil yang terdiri atas Ariefnuno, Rani Wulandari, dan Tubagus Mardian Pamungkas. Mereka menyanyikan lagu soundtrack film animasi Mojacko dan lagu "Kisah Sobat" yang merupakan lagu tema dari buku "Kisah Sobat". Kemudian, acara dilanjutkan dengan penampilan musisi solois bernama Indri dan penampilan memukau dari Juno Band yang membawakan beberapa lagu yang tak asing didengar ditambah lagu-lagu karya sendiri.

Setelah penampilan musik yang mewarnai Ciumbuleuit dan sekitarnya, suasana sore dibuat semakin semarak dan terasa berbeda oleh performance art dari Sigit Rais yang menampilkan gerak teatrikal menarik. Penampil lainnya yang tak kalah menarik yaitu Nafi Assyifa yang membacakan salah satu cerita yang ada dalam buku "Kisah Sobat." Pada kesempatan itu, Nafi membacakan cerita karya salah satu anggota Geng Nulis Sapulidi, yaitu Rani Wulandari.

Terakhir, tibalah penampilan figur yang paling dinantikan oleh seluruh hadirin, yaitu Pidi Baiq yang biasa dipanggil 'Ayah' oleh para penggemarnya. Seniman yang baru saja menerbitkan buku best seller bertajuk "Dilan" ini banyak berpesan kepada muda-mudi penggerak kreativitas yang hadir sore itu tentang kreativitas. Tentu, ada begitu banyak hal menarik yang dapat disimak dan digarisbawahi, lalu diaplikasikan dalam kegiatan kreatif, apapun bidangnya.

Salah satu pesan Pidi Baiq adalah bahwa setiap orang pasti diberikan kreativitas, tetapi kreativitas itu bukan yang kamu dapatkan dari acara seperti seminar yang membuat kamu hanya mengikuti, karena jika mengikuti apa yang telah ada, itu bukan kreatif.

Pidi Baiq menutup pertemuan hangat itu dengan menampilkan karya lagu berjudul "Kucing adalah Anjing" yang dilanjutkan dengan bincang-bincang santai bersama para hadirin diselingi kegiatan wajib bagi penggemar Pidi Baiq, yaitu foto bersama dan penandatanganan buku.



Pendistribusian Royalti Geng Nulis Sapulidi

Alhamdulillah, royalti penulis yang telah terkumpul dari buku "Kisah Bocah" (via nulisbuku.com) dan buku "Kisah Sobat" telah disalurkan oleh Geng Nulis Sapulidi kepada Asrama Yatim Mizan Amanah Bendungan Hilir yang beralamat di Jalan Danau Toba Nomor 143 Bendungan Hilir, Tanah Abang Jakarta Pusat pada Kamis, 10 Juli 2014.
Bantuan dana tersebut dititipkan melalui teman-teman Geng Nulis Sapulidi yang sedang menyelenggarakan acara buka puasa bersama di asrama yatim tersebut.
Liputan kegiatan tersebut dapat dilihat di majalah Generasi Edisi Agustus 2014.

Terima kasih teman-teman Geng Nulis Sapulidi dan seluruh pembaca buku-buku kami. Semoga kami bisa terus berkarya dan berbagi kebahagiaan dengan sesama melalui tulisan.



Thursday, August 28, 2014

Bincang Kreatif Bareng Pidi Baiq

Hay Gengs, how are you?

Yuk, yang ada di Bandung harus ikutan gabung yaaaa. Yang di luar Bandung juga ayok sempatkan datang.

Teman Baik Mind Work & Geng Nulis Sapulidi

mempersembahkan


Bincang Kreatif bareng Pidi Baiq
&
Bedah buku "Kisah Sobat" karya kedua Geng Nulis Sapulidi

Minggu, 7 September 2014
Pukul 15.00 s.d. selesai
di Jack Runner Roastery
Jalan Ciumbuleuit Nomor 42 Bandung

Free entry

Menampilkan:
- Juno Band
- Sapulidi Band
- Nafi Assyifa
- Indri
- Ighiw

dengan MC Fauziah Burhanudin


Datang ya teman-teman...
kita akan sama-sama berbagi kegembiraan dan terus melejitkan potensi kreatif kita.

Salam ^^

Monday, June 23, 2014

Kehangatan di Tengah Hujan - Book Launch "Kisah Sobat" Geng Nulis Sapulidi

Sabtu, 21 Juni 2014, selepas siang, hujan turun cukup deras. Sore itu, Kedai Sambel Duren yang terletak di Jalan Pos Pengumben Raya Nomor 12B Jakarta Barat, disambangi oleh beberapa penulis muda yang tergabung dalam Geng Nulis Sapulidi.
Hari itu, Geng Nulis Sapulidi meluncurkan buku kedua dengan judul "Kisah Sobat". Setelah menahan rindu menerbitkan buku selama hampir dua tahun, akhirnya mereka bisa menerbitkan buku tersebut. Kali ini, ada 36 penulis yang berdomisili di berbagai daerah di Indonesia, antara lain Jakarta, Depok, Bandung, Ciamis, Bengkulu, Palembang, Samarinda, Gorontalo, dan Ambon. Melalui cerita yang ringan, hangat, dan terasa dekat, mereka berbagi kisah tentang persahabatan yang tentunya sangat inspiratif.
"Saya diajak menulis. Karena temanya tentang persahabatan, saya tertarik untuk ikut serta, walaupun pengalaman saya di bidang tulis menulis sangat minim," ujar Harry Sanjaya, salah satu 'anggota geng' yang hadir sore itu.
Geng Nulis Sapulidi memang dibentuk untuk mengakomodir keinginan para anggotanya yang ingin memiliki pengalaman menulis. Tidak semua penulis di Geng Nulis Sapulidi yang memiliki pengalaman panjang dalam dunia tulis-menulis. Bahkan, beberapa di antaranya belum pernah memiliki pengalaman menulis sama sekali.
"Melalui Geng Nulis Sapulidi ini, saya sekadar mengajak teman-teman untuk sama-sama belajar menulis. Saya yakin, setiap orang yang bisa menulis tentu bisa membuat tulisan. Oleh karena itu, saya mengajak teman-teman, siapapun itu, untuk sama-sama belajar membuat tulisan dan ikut merasakan bagaimana nikmatnya menerbitkan buku," ujar Sigit Rais, founder Geng Nulis Sapulidi.
Dari kedua buku yang telah diterbitkan, ada begitu banyak warna rasa dari para penulisnya. Masing-masing penulis memiliki cara dan ciri khas tersendiri dalam bercerita melalui media tulisan. Tulisan mereka terasa mengalir apa adanya dan terasa seperti sedang mendengarkan orang yang sedang bercerita.
Salah satu hal yang menjadi nilai plus bagi Geng Nulis Sapulidi adalah seluruh royalti penulis akan disumbangkan. Rencananya, dalam waktu dekat, jika royalti sudah terkumpul lumayan banyak, akan disumbangkan pada panti asuhan Mizan Amanah.
"Seluruh royalti penulis akan disumbangkan kepada panti asuhan Mizan Amanah," ujar Diah Kusumawati, pemandu acara yang menjadikan sore itu terasa sangat segar.

Acara peluncuran buku tersebut dimeriahkan oleh penampilan spesial dari Dhira (6 tahun), putri dari salah satu penulis "Kisah Sobat", yaitu Diandini Rooshanti. Penampilan manis Dhira diiringi oleh permainan gitar salah satu penulis "Kisah Sobat", yaitu Rani Wulandari.
Selanjutnya, ada penampilan kolaborasi Rani Wulandari dan Mardian yang membawakan lagu "Kisah Sobat" yang ditulis dan diaransemen secara khusus untuk Geng Nulis Sapulidi. Acara juga dibuat tegang oleh penampilan Sigit Rais yang membawakan puisi memukau dari sastrawan Sapardi Djoko Damono dengan judul "Sajak Orang Gila".

Acara yang dibanjiri door prize untuk semua hadirin itu ditutup oleh penampilan yang membuat suasana makin hangat dan hommy dari Ariefnuno dan Desy Tampubolon dengan lagu "Seandainya Sahabatku" (Ost. Mojacko) dan lagu "Ingatlah Hari Ini" yang dipopulerkan oleh Project Pop.

  

 




 
 Well, sukses untuk Geng Nulis Sapulidi dan buku "Kisah Sobat"-nya.

[rk]

Thursday, May 22, 2014

Arief Hadiwibawa, Berkarya melalui Musik

Pernahkah kita merasakan kesan 'gue banget' saat mendengar musik? Tentunya setiap orang yang senang mendengar musik pernah merasakan pengalaman seperti itu. Hal tersebut berlaku juga bagi Arief Hadiwibawa, salah satu kontributor dalam buku perdana Geng Nulis Sapulidi, Kisah Bocah.
Menurutnya, "Hidup ya musik. Musik sangat mempengaruhi hidup, dengan disadari atau tidak. Pernah kan, ngerasa ngedengerin musik atau lagu, terus bilang kalau musik itu 'gue banget'. Bahkan, detak jantung pun adalah sebuah musik."

Pria kelahiran Bandung tahun 1986 ini memang telah menggemari musik sejak duduk di bangku SMP. Sejak itu, Arief mulai berlatih bermusik dan kerap mengisi acara, baik di lingkungan sekolah, kampus, bahkan di kantornya sekarang. Selain itu, pria yang punya nama panggilan Nuno ini pun telah menulis dan mengaransemen beberapa lagu, walau belum dipublikasikan.

"Gitar, drum, piano," jawabnya saat ditanya tentang alat musik yang paling digemari. Ternyata, kemampuan bermain musik pria yang kini bekerja dan tinggal di Jakarta ini memang tidak diragukan lagi.

 Sejak 2012, alumnus Universitas Padjadjaran ini mulai sedikit berkecimpung di dunia sastra. Selain ikut serta dalam proyek penulisan buku dengan Geng Nulis Sapulidi, dia juga mengaransemen musikalisasi puisi.
Karya perdananya adalah musikalisasi puisi Reminiscence karya Muhammad AS Hikam yang ditampilkan dalam peluncuran buku "Gusdurku, Gusdur Anda, Gusdur Kita" di Gramedia Matraman, Jakarta.
Pengalaman tersebut merupakan hal baru baginya. Menurutnya, dia merasa tertantang untuk menyajikan aransemen (musik) yang cocok dengan makna yang terkandung dalam sebuah puisi. Acara yang dihadiri langsung oleh penulisnya, yaitu Muhammad AS Hikam, mantan Menteri Riset dan Teknologi Kabinet Persatuan Nasional, berjalan dengan lancar dan berkesan beda karena penampilan musikalisasi puisi Arief yang berdampingan dengan partnernya, Sigit Rais, founder Geng Nulis Sapulidi.


Pada Februari 2014, pengalaman bermusik dan bersastra Arief bertambah. Dia dan rekannya, Sigit Rais, menjadi salah satu pengisi acara dalam pagelaran "Solo dalam Puisi" (22 Februari 2014), yang diselenggarakan di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah, Solo.
Acara yang diprakarsai oleh Komunitas Sastra Pawon tersebut merupakan bagian dari perhelatan sastra bertajuk "Festival Sastra Solo 2014".
Pada kesempatan tersebut, Arief dan Sigit Rais mengaransemen puisi berjudul "Gladak Langen Bogan" karya Sigit Rais yang diantologikan juga dalam buku "Solo dalam Puisi".
Penampilan mereka pada malam itu memberikan warna tersendiri bagi keseluruhan acara yang berlangsung di tengah kepungan gerimis dan dinginnya Kota Solo di malam hari. Bahkan, penampilan mereka sempat diulas di beberapa media massa, antara lain:

"Sigit Rais yang berkolaborasi dengan rekannya, Arif, dalam puisinya menceritakan tentang kuliner Solo. Penampilan keduanya cukup menarik ketika pada salah satu bait, Sigit mengajak penonton bertepuk tangan dan mendendangkan berulang-ulang: tengkleng… sate buntel…/ teh poci… wedang ronde. "





Pengalaman-pengalaman tersebut merupakan hal baru yang memberikan penyegaran baginya. Selain menjadi salah satu bentuk refreshing dari rutinitas sehari-harinya, kegiatan-kegiatan seperti itu merupakan ajang untuk terus belajar dan melatih kreativitas dalam berkarya.

Saat ditanya tentang kesan-kesannya setelah bergabung dengan Geng Nulis Sapulidi, jejaka Sunda yang menggemari Nirvana ini menjawab ringkas, "asik, nambah teman."
Nah, bagi teman-teman yang ingin share tentang musik dengan Arief, bisa melalui twitter @ariefnuno saja ya.

Okelah kalau begitu, kita tunggu karya-karya Kang Arief selanjutnya. [redaksi]

Thursday, March 20, 2014

Fietri Yulia: Jangan Takut Menulis

Namanya Fitri Yuliantri Permana, biasa disapa Fitri, bernama pena Fietri Yulia. Selintas, sehari-hari di kantornya yang terletak di daerah Gatot Subroto Jakarta ini, dia sama seperti rekan-rekan kerjanya yang lain. Setiap hari sibuk dengan kewajiban utamanya, mengikuti dinamika sehari-hari di sana.

Apa yang berbeda? Ternyata, wanita yang lahir di Bandung pada 2 Juli ini memiliki passion terhadap kegiatan menulis. Di sela-sela kesibukannya sehari-hari, mojang asal Rancaekek Jawa Barat ini masih berusaha menyempatkan dirinya untuk menulis. Meskipun kiprahnya di dunia kepenulisan tidak se-booming para penulis yang karyanya mejeng di toko buku, tetapi kecintaannya pada dunia menulis sama sekali tidak pernah luntur.

“Menulis itu adalah menuangkan apa yang ada dalam pikiran,perasaan, dan imajinasiku,” katanya saat diwawancarai oleh redaksi Geng Nulis Sapulidi.

Sambil berkelakar, lulusan Sastra Indonesia Unpad ini mengaku mulai menyukai kegiatan menulis sejak dia bisa menulis huruf a, b, c, dan d. Sudah beberapa karya buku yang ditulisnya, salah satunya adalah buku bertema bisnis yang ditulisnya bersama rekannya dan buku “Kisah Bocah” yang ditulisnya bersama Geng Nulis Sapulidi (2012_red).

Dalam perjalanan pengalaman menulisnya, mantan editor di beberapa penerbit buku di Kota Bandung ini sering mengalami berbagai kendala. Salah satunya adalah dia merasa kurang teman buat sharing hasil tulisan. Jadi, terkadang hasil tulisannya itu dia simpan sendiri dan menumpung bersama arsip-arsip pekerjaan rutin lainnya. Selain itu, karena kesibukan sehari-hari, dia memang merasa kurang waktu untuk menulis. Hal itu berdampak pada kurangnya ide untuk menulis.



Untuk mengatasi kendala-kendalanya dalam menulis, Fitri memiliki beberapa cara agar semangat menulisnya dapat terus berlanjut.

“Baca dan kumpul sama orang-orang yang suka nulis, biar semangat terjaga,” ujar wanita yang beberapa karyanya pernah nongol di majalah wanita ini.

Membaca memang dapat merangsang minat menulis. Selain itu, kegiatan membaca juga bisa memperkaya cakrawala pengetahuan sehingga akan semakin banyak hal yang dapat jadi benih ide dalam menulis. Hal tersebut dapat ditunjang juga oleh kegiatan kumpul-kumpul dengan penulis-penulis lain, sekadar sharing ide atau saling mengomentari karya.


Sambil melanjutkan pekerjaannya, yang kadang-kadang harus terbang menjelajah nusantara, Fitri memberikan tips menulis spesial untuk teman-teman Geng Nulis Sapulidi. Katanya, “jangan takut memulai buat nulis, sependek atau seabsurd apapun ide ceritamu. Pede aja, orang yang mengkritik atau menilai tulisanmu jelek belum tentu bisa nulis kayak kamu. Kecuali kritikus yang udah sering nulis, jadiin temen sharing biar tulisanmu makin bagus.”

Jadi, sudah mendapat suntikan semangat menulis? Yuks. ^^ (redaksi)

Wednesday, February 26, 2014

Geng Nulis Sapulidi - Gerombolan 2



AJID SOEDJANA
ANDERA PRAMESTA
ANDY MURDI HIDAYAT
ANGGA PRIASTANA
ANJU POEJA
ARIEF SETIAWAN
AYU LESTARI
DEDEN M. SAHID
DESY TAMPUBOLON
DIANDINI ROOSHANTI
DEEDEE DEMIKIAN
DINI DHRUE
EDO RODOLPHI
EKA JULIA
ERNA NUR WULANDARI
FAJAR ROCHADI
FIETRI YULIA
HARRY SANJAYA
HENDRA EKO S
IRA RAHMAWATY
MOCHAMMAD TAUFIK
PALOMA HUMANA
RANI WULANDARI
REZZA RINOVA
RIRIN LIECHTIANA
ROMYAN FAUZAN
SETYAWATI WIDODO
SIGIT RAIS
SONIA RAKHMA
TALISA NOOR
UMAR RIYANDI
UTAMI TRIANA
UTHAR MUKHTADIR
VENI FITRIANI
WINDA NURMALIA
WULAN PELITA SARI

Tuesday, February 25, 2014

Solo dalam Puisi

Solo selama ini dikenal sebagai kota batik. Di hari jadinya yang ke-269 tahun, Solo kembali unjuk taji dengan sederet program seni dan budaya pada 22 s.d. 23 Februari 2014 lalu. Beberapa acara yang dinanti-nantikan oleh para penikmat seni dan budaya, antara lain Festival Jenang 2014 dan Festival Sastra Solo 2014. Kedua acara tersebut memang telah dipersiapkan sejak jauh hari oleh para panitia.
Dalam bidang seni dan sastra, Solo memang telah memiliki banyak agenda kegiatan yang dilaksanakan sejak beberapa tahun lalu. Dari kota ini pun banyak lahir sastrawan-sastrawan yang memiliki nama di kancah nasional. Sebutlah W.S. Rendra, sastrawan asal Solo yang tutup usia pada 2009, Wiji Thukul, Sosiawan Leak, dan sederet nama lainnya.
Pada tahun ini, bertepatan dengan ulang tahun ke-7-nya, Buletin Sastra Pawon Solo menyelenggarakan serangkaian kegiatan bertajuk Festival Sastra Solo 2014. Acara yang dilaksanakan selama 2 hari ini, yaitu 22 s.d. 23 Februari 2014, dimeriahkan oleh banyak penggiat sastra, baik dari Kota Solo, maupun kota lainnya, seperti Bandung, Jakarta, Probolinggo, Sumenep, Klaten, Indramayu, dan sejumlah kota lain.
Dari tujuh acara besar yang dilaksanakan, salah satu program dalam acara tersebut adalah peluncuran antologi puisi "Solo dalam Puisi" pada 22 Februari 2014 di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah. Sebelumnya, panitia telah mengadakan sayembara menulis puisi tentang Solo untuk menyaring sebanyak 85 penyair yang karya puisinya dibukukan dalam antologi puisi tersebut. Setelah terpilih, para penyair tersebut diberi kesempatan untuk menampilkan kebolehannya dalam berpuisi pada pelaksanaan acara.
Salah satu pengisi acara di malam yang terus diguyur hujan tersebut adalah founder Geng Nulis Sapulidi, yaitu Sigit Rais. Ditemani oleh Ariefnuno, anggota Geng Nulis Sapulidi yang piawai bermain gitar, Sigit yang akrab disapa Ighiw menampilkan musikalisasi puisi berjudul "Gladag Langen Bogan". Puisi tersebut menjadi salah satu puisi yang terpilih dalam antologi "Solo dalam Puisi".
Malam yang dingin dan lembap di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah, berubah menjadi hangat oleh penampilan para penyair yang bersemangat menampilkan puisi dari buku "Solo dalam Puisi". Beberapa ada yang membacakan karya sendiri, ada pula yang membawakan karya penyair lain dalam buku itu. Sigit dan Ariefnuno yang malam itu mewakili Geng Nulis Sapulidi mengajak penonton untuk menikmati kelezatan panganan khas Solo melalui puisi yang diaransemen menjadi sajian musikal. Dengan gaya pop riang, tanpa sungkan Sigit mengajak seluruh penonton yang memenuhi Teater Arena untuk ikut bernyanyi dengannya sambil bertepuk tangan. Ini menjadi salah satu warna berbeda di malam itu. Acara tersebut ditutup oleh penampilan memukau dan apik dari teater Sirat Solo.
Acara meriah itu juga dihadiri sederet nama yang tak asing di dunia sastra masa kini, yaitu Hermawan Aksan, Ratna Ayu Budhiarti, Dian Hartati, Abednego Afriadi, dan Guntur Alam, yang pada sesi sebelumnya telah menjadi pengisi acara dalam "Buku Bicara".

Salut untuk Kang Sigit Rais dan Kang Ariefnuno yang sudah bersemangat untuk berpartisipasi dalam acara Festival Sastra Solo 2014, tentunya mewakili Geng Nulis Sapulidi yang tak lama lagi akan meluncurkan buku kedua bertajuk "Kisah Sobat". [RK-min]


Sumber: http://festivalsastrasolo2014.blogspot.com



Sumber: https://www.facebook.com/romyan.uyan.fauzan


Sumber: http://festivalsastrasolo2014.blogspot.com



Sumber: http://festivalsastrasolo2014.blogspot.com





Sumber: http://festivalsastrasolo2014.blogspot.com

Sunday, February 23, 2014

[INFO LOMBA] Lomba Menulis OBOR AWARD (20 Februari s.d. 30 Agustus 2014)

Sumber informasi:
www.rayakultura.net

Wujudkan Mimpi Anda Menjadi Pengarang Terkemuka dan Mendunia
Sajikan ragam kearifan budaya lokal (daerah) ke ajang sastra internasional.
Berhadiah OBOR AWARD, Uang Tunai dan Royalti Penjualan Buku
20 Cerpen Pemenang akan diterbitkan Pustaka Obor. Antologi Pemenang Lomba Menulis Cerpen Obor Award tersebut akan dipamerkan dan djual di Frankfurt Book Fair 2015 pada saat Indonesia menjadi Guest of Honor (Tamu Kehormatan) dalam pameran akbar ini.

Syarat-Syarat Lomba

1. Lomba terbuka bagi umum berusia 16 – hingga tak terbatas, warga Indonesia di Tanah Air maupun yang bermukim di luar negeri
2. Lomba dibuka 20 Februari 2014, ditutup 30 Agustus 2014 (Stempel Pos/Jasa Kurir)
3. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia literer dan komunikatif
4. Naskah yang dilombakan karya asli (bukan jiplakan, terjemahan atau saduran), belum pernah dipublikasi dalam bentuk apa pun. Juga tidak sedang disertakan lomba serupa. Jika terjadi praktik plagiat, kemenangan karya dibatalkan dan dituntut secara hukum pelanggaran Hakcipta.
5. Tema bebas. Cerita mengangkat potret kehidupan dan masyarakat sekitar kita. Dengan kata lain, mengangkat kearifan budaya lokal atau lingkungan di mana pengarang bermukim. Diharapkan cerita pendek yang dilombakan dapat memberikan pencerahan pembacanya.
6. Panjang naskah 5 – 10 halaman A4, 1,5 spasi Times New Roman 12 Font, 2 (dua) rangkap, dilampiri file naskah dalam CD/DVD, foto copy identitas KTP/Kartu Pelajar/Paspor/SIM (Pilih salah satu). Naskah dilampiri sinopsis cerpen dan Biodata Pengarang serta alamat lengkap. Cantumkan HP yang mudah dihubungi.
7. Setiap peserta boleh mengirimkan maksimal 2 (dua) judul. Naskah yang dilombakan dilampiri Bukti Bon Pembelian buku-buku terbitan Pustaka Obor minimal Rp 100.000,- (akumulasi pembelian dari bulan 20 Februari s/d 5 Agustus 2014 ).
8. Naskah dikirim ke Sekretariat Lomba Menulis Cerpen OBOR AWARD ke: Jalan Plaju No.10 Jakarta Pusat. Masukkan ke dalam amplop tertutup dilampiri persyaratan Butir 7 dan 8, naskah per judul rangkap 2 (dua): asli dan fotocopy.
9. Naskah yang dikirimkan tidak dikembalikan (menjadi milik penyelanggara)
10. Pengumuman pemenang 6 Oktober 2014 akan diumumkan FB Yayasan Pustaka Obor Indonesia, FB Oboraward Komunitas dan situs: www.rayakultura.net serta situs: www.obor.or.id dan jejaring sosial Komunitas Sastra dan Kepenulisan.

Daftar Pemenang dan Hadiah sebagai berikut:

- Pemenang 1: OBOR Award, Uang Tunai Rp 2.500.000,- + Royalti Penjualan Buku
- Pemenang 2: Piagam OBOR, Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Royalti Penjualan Buku
- Pemenang 3: Piagam OBOR, Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Royalti Buku
- 17 (Tujuh Belas) Pemenang Karya Unggulan masing-masing memperoleh: Piagam OBOR, Paket Buku Terbitan OBOR + Royalti Penjualan Buku
- Pajak hadiah uang tunai ditanggung para pemenang.
- Surat Kontrak Penerbitan Buku akan disusun sesuai dengan keperluan
* Info lomba dan update warta lomba silakan Add FB: Oboraward Komunitas
* Konsultasi e-mail ke: rayakultura@gmail.com

Jakarta, 16 Februari 2014
Ketua Pelaksana Lomba,
Naning Pranoto